Thursday, January 7, 2016
Pernikahan Adat Lampung Pepadun Bagian 2
A. Asal Mula Kebiasaan Pepadun
Kebiasaan pepadun didirikan lebih kurang abad ke-16 terhadap era kesultanan Banten. Kepada mulanya terdiri dari 12 kebuaian (Abung Siwo Mego & Pubian Telu Suku),seterusnya ditambah 12 kebuaian lain ialah Mego Pak Tulang Bawang, Buay Lima Way Kanan & Sungkai Bunga Mayang (3 Buay) maka jadi 24 kebuaian.
Pepadun digunakan oleh penduduk Abung Siwo Mego, Mego Pak Tulang Bawang, Pubian Telu Suku, Buay Lima Way Kanan & Sungkai Bunga Mayang.
Nama pepadun diambil dari kata “Pepadun” ruangan penobatan Penyimbang di Paksi Pak Skala Brak yg beradat Sai Batin. Sedangkan “Pepadun” masihlah pun diperlukanterhadap pengakatan kepala di marga-marga keturunan Paksi Pak Skala Brak yg beradat Sai Batin di Pesisir Krui & Pesisir Teluk Semaka.
Berlainan dgn tradisi Sai Batin/Peminggir, terhadap Pepadun siapa serta mungkin saja penyimbang atau membawa gelar, asalkan memiliki ketajiran yg lumayan. Tapikepada penduduk rutinitas pepadun tak demikian mengenal tingkatan adok (gelar) seperti halnya penduduk kebiasaan Sai Batin, maka tak ada yg bernama Raden, Minak, Kimas atau Mas. Maka tak memiliki struktur aristokrat (kerajaan) - di mana seseorang kepala membawahi anak buah - namun seluruh yg mendapat gelar, kedudukan atau hejongan-nya sama/setara.
Dalam tata warga Lampung Pepadun, pernikahan sanggup di laksanakan dalam dua trik ialah trick pernikahan biasa (yg berlaku dengan cara umum) atau pernikahan semanda yakni pihak laki laki tak membayar duit jujur namun suami dan anak-anaknya nanti dapat jadi anggota keluarga garis istri. Bersama begitu disaat ayah si istri wafat, sang menantu bakal menukar kedudukan mertuanya sbg kepala keluarga. Factor ini sanggup berlangsung disebabkan sebab sang istri yakni anak tunggal dalam keluarganya atau argumen yang lain. prinsip, warga Lampung mengikuti garis keturunan patrilinier.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment